PERANG PERADABAN ADA DI SETIAP ZAMAN

Assalamu’alaikum, Merdeka !!!
Sahabatku,
 
Orang bijak selalu menuliskan cerita perjalanan hidup manusia untuk dikenang dan menjadi pelajaran bagi generasi selanjutnya agar tidak salah mengambil sikap dalam menentukan keputusan hidup.
 
Ada cerita tragis dan menarik yang dibuat oleh Sunan Kalijaga pada era awal Islam masuk di tanah jawa yang menggambarkan 2 karakter tokoh negarawan yang dilahirkan dari kandungan yang sama, yang pada akhirnya harus menentukan sikapnya masing-masing pada saat dihadapkan kepada persoalan yang sulit.
 
Raja Angkara Murka Di Negara Alengka Diraja bernama Rahwawana ( Dasamuka ) berambisi untuk mendapatkan kekuasaan dan kejayaan, ambisinya membuatnya nekad untuk merampas atau mengambil mahkota lambang keindahan dan kejayaan dunia yang dilambangkan Seorang Dewi yang cantik bernama Dewi Shinta Titisan Dewi Sri Widawati, Siapa yang memilikinya maka akan menguasai Jagad Raya, karena Dewi Sri Widawati adalah gambaran kekayaan, kejayaan dan keindahan dunia.
 
Dalam situasi yang demikian terbelahlah 2 pemikiran di dalam kalangan Kerajaan Alengka yang dilambangkan dalam 2 tokoh :
1. Kumbokarno : Tokoh ini berpihak kepada Rahmana karena selama ini dirinya merasa hidup dan dihidupi dari Kerajaan Alengka, Kumbokarno merasa dirinya di berikan belanja dan kesejahteraan oleh rajanya, makan minum dari kerajaan Alengka. Meskipun Kumbokarno tau kalau rajanya melakukan tindakan yang salah, Kumbokarno tetap berada pada posisinya dengan dalih membela negaranya, bukan membela rajanya.
2. Wibisono : Tokoh ini lebih senang keluar dari kalangan kerajaan Alengka, Wibisono tidak takut kehilangan jabatan, kehormatan maupun kenikmatan dari Kerajaan dan lebih senang bergabung dengan Prabu Rama Sang Titis Wisnu ( Simbul Kejujuran, Kedamain, Ketentraman, kebersamaan, Keberanian dan Wisdom / Kebijaksanaan )
Cerita selanjutnya kedua tokoh ( Kumbokarno Vs Wibisono ) harus bertempur di Medan Laga :
1. Kumbokarno : Bertempur dengan menggunakan pasukan Raksasa. Cara Raksasa mendapatkan makan dengan cara ( merampas, merampok, menipu, mbegal, ngecu dan membabi buta menghalalkan segala cara ). Raksasa memakan daging manusia ( maknanya memakan daging saudara sendiri, mengambil yang bukan menjadi haknya ). Badanya Besar Gemuk Dan Pakaiannya Penuh Dengan Perhiasan. Tetapi Badannya Sangaat Bau ( maknanya selalu jadi gunjingan dimana-mana, akibat cara mendapatkan kekayaannya dengan cara yang tidak wajar )
2. Wibisono : Bertempur bersama pasukan kera. Kera tidak makan daging tetapi memakan buah, artinya kera makan dari buah / hasil proses menanam, memupuk, merawat hingga tumbuh menjadi pohon yang besar dan menghasilkan buah. Walaupun badannya kecil tapi tangan dan kakinya lincah ( maknanya kreatif tangan kaki mulut semua bergerak aktif lincah membuat lompatan-lompatan dari pohon ke pohon untuk mendapatkan makanan berupa buah ). Tokoh kera yang paling sakti bernama Anoman ( Kera Putih ) bermakna wataknya suci senang kepada kebersihan dan kebenaran, jiwanya pandhita kelak akan menjadi Begawan Mayangkara.
 
Akhir Cerita,
Sang Raksasa Kumbokarno Gugur di pertempuran dengan cara yang tragis, Kumbokarno meraung-meraung kesakitan karena mati secara perlahan-lahan karena tangan, kaki, bahu dan leher terputus satu persatu terkena panah Sang Wibisono. Maknanya Kumbokarno akan mati ditinggalkan kaki tangannya sendiri karena panah ajaran Sang Wibisono yang mengajarkan kesucian, kejujuran, kemandirian, kreatifitas, kebersamaan, semangat, kegigihan, keberanian lebih mulia dihadapan manusia maupun Yang Maha Kuasa, dibandingkan ajaran-ajaran yang mengajarkan ketidakjujuran, kepalsuan dan keserakahan yang nantinya akan rendah dimata manusia, hina dalam catatan sejarah yang tak terhapuskan.
 
Arwah Kumbokarno bergentayangan di pengrantunan tidak diterima di Swarga Loka. Akankan Cerita Kumbokarno terulang kembali ?
 
Jawabnya Ada Di Dalam Iman, Hati Nurani Jujur Dan Menuntun Kepada Kebenaran. Sementara Pikiran Sangat Pandai Mencari Pembenaran. Tanyakan Kepada Hati Nuranimu, Bukan Kepada Pikiranmu.
 
Akankah kita memilih jalan sebagai Kumbokarno, Kalah Dalam Perang Didunia Ini Dan Ditolak Oleh Syurga. Jadilah Sang Wibisono yang berani melawan arus demi tegaknya peradaban yang mulia.
 
Waqad nazzala ‘alaikum fiil kitaabi an idzaa sami’tum aayaatillahi yukfaru bihaa wayustahzau bihaa falaa taq’uduu ma’ahum hatta yakhuudhuu fii hadiitsin ghairihi innakum idzan mitsluhum innallaha jaami’ul munaafiqiina wal kaafiriina fii jahannama jamii’an;
 
Dan sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu di dalam Kitab (Alquran) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena (kalau tetap duduk dengan mereka), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam, ―QS. 4:140
 
Power can only last with wisdom not with the amount of property
 
 
#MerdekaRuh
#MerdekaPikir
#MerdekaIlmu
#cintaitumurni
#kebencianitudiajarkan

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *