أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
اَفَغَيْرَ دِيْنِ اللّٰهِ يَبْغُوْنَ وَلَهٗۤ اَسْلَمَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّاِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ
“Maka mengapa mereka mencari sistem yang lain selain sistem Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan?”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 83)
Berserah Diri Dalam Memenuhi Keta’atan Surat An-Nisa Ayat 59
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
![Berserah Diri](https://majelistaklim.produkrakyat.org/wp-content/uploads/2023/01/021-jammas-461x1024.jpg)
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya! Taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada rasul-Nya dengan menjalankan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang Dia larang, dan taatlah kalian kepada para pemimpin kalian sepanjang mereka tidak menyuruh kalian berbuat maksiat. Apabila kalian berselisih paham tentang sesuatu, kembalilah kepada kitabullah dan sunah nabi-Nya -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- terkait masalah itu, jikalau kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari Akhir. Sikap kembali kepada kitab suci dan sunah itu lebih baik bagi kalian daripada mempertahankan perselisihan itu dan mengandalkan pendapat akal, serta lebih baik akibatnya bagimu.
1 ). { فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ } “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya)”
Ayat ini menunjukkan kesempurnaan wahyu Allah, karena jika hal itu bertolak belakang maka tidaklah Allah memerintahkan untuk kembali kepada wahyu-Nya.
2 ). Pengingkaran tidak akan terjadi dalam rana umat islam kecuali mereka telah berselisih, maka dapat dipungkiri bahwa perseisihan dan perbedaan pandangan adalah satu hal yang lumrah tetapi Allah melalui firman-Nya menyampaikan kepada kita satu petunjuk yang membawa kepada keberuntungan, Allah berfirman :
{ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ } “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya)” , karena dengan tindakan itu semuanya akan menjadi lebih baik : { ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلً } “Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
3 ). { فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ } Dan Allah tidak mengatakan : و إلى الرسول ; karena sesungguhnya dengan kembali kepada al-qur’an sudah pasti kembali kembali Allah dan Rasul-Nya, dan apa yang Allah tetapkan hukumnya maka pada hakikatnya Rasulullah berhukum dengannya, dan apa yang Rasullah tetapkan hukumnya hakikatnya adalah hukum Allah, maka jika engkau mengembalikan suatu perkara yang kamu sedang berselisih tentangnya kepada Allah (kitab-Nya) maka kalian telah mengembalikan perkara tersebut kepada hukum Rasulullah, begitupun sebaliknya.
Makna kata :
{وَأُولِي الأَمْرِ مِنْكُمْ} wa ulil amri minkum: Ulil amri adalah para pemimpin dan ulama dari kalangan muslimin.
{تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ} tanaaza’tum fii syai’: kalian berbeda pendapat dalam suatu perkara, setiap kelompok menginginkan merebutnya dari kelompok yang lain.
{فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ} farudduu hu ilaallahi war Rasul: kembali kepada kitab Allah dan Rasulnya.
{وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً} wa ahsana ta’wiilaa: sebaik-baiknya akibat, karena arti ta’wil perkara adalah sesuatu yang kembali kepada perkara tersebut pada akhirnya.
Makna ayat :
Di Ayat yang kedua (59), kala Allah memerintahkan para pemimpin kaum muslimin untuk menunaikan amanah-amanah yang mana itu adalah berupa hak-hak para rakyat, menegakan hukum diantara mereka dengan adil, memerintahkan kaum mukminin agar taat kepada Allah dan kepada Rasul terlebih dahulu kemudian taat kepada para pemimpin. Allah berfirman {ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ اﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮا ﺃﻃﻴﻌﻮا اﻟﻠﻪ ﻭﺃﻃﻴﻌﻮا اﻟﺮﺳﻮﻝ ﻭﺃﻭﻟﻲ اﻷﻣﺮ ﻣﻨﻜﻢ}
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan para pemimpin kalian” dan ketaatan kepada pemerintah adalah ketaatan yang terikat dengan hal yang makruf secara syariat; jika bukan hal yang makruf, maka tidak ada pilihan keuali taat kepada Allah. Berdasarkan sabda Rasul, “Ketaatan hanya dalam perbuatan makruf, tidak dinamakan sebuah ketaatan jika patuh kepada makhluk dalam berbuat maksiat pada sang Pencipta”.
Firman Allah: {ﻓﺈﻥ ﺗﻨﺎﺯﻋﺘﻢ ﻓﻲ ﺷﻲء ﻓﺮﺩﻭﻩ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﻭاﻟﺮﺳﻮﻝ} “Apabila kalian berseteru dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul”, konteks ayat ini adalah umum untuk para pemimpin juga untuk rakyat. Kapanpun terjadi perselisihan dalam perkara agama ataupun dunia, wajib untuk dikembalikan kepada Al Quran dan Sunnah Rasulullah, diterima manis ataupun pahitnya yang diputuskan oleh Allah dan Rasul.
Allah berfirman pula: {ﺇﻥ ﻛﻨﺘﻢ ﺗﺆﻣﻨﻮﻥ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭاﻟﻴﻮﻡ اﻵﺧﺮ} “Jikalau kalian itu beriman kepada Allah dan hari akhir”, dalam ayat ini terdapat penjelasan, bahwa iman akan berkonsekuensi dengan kepatuhan terhadap keputusan Allah dan Rasul-Nya. Faidah dari ayat ini adalah dengan mengembalikan perkara-perkara yang diperselisihkan kepada selain syariat adalah sebuah aib di dalam keimanan seorang muslim. Allah berfirman {ﺫﻟﻚ ﺧﻴﺮ ﻭﺃﺣﺴﻦ ﺗﺄﻭﻳﻼ} Allah menghendaki dari ayat itu agar manusia dalam hal permasalahan dan peradilan yang mana terdapat perbedaan pendapat di dalamnya, untuk kembali dan merujuk kepada Al Qur’an dan Hadits. Itulah hal yang baik dan tempat rujuk yang baik yang mana akan memutus perdebatan dan melaju dengan penuh amanah persatuan dan cinta damai.
Pelajaran dari ayat :
• Wajibnya ketaatan kepada Allah, ketaatan kepada Nabi dan kepada para pemimpin kaum muslimin dari kalangan pemerintah maupun dari ulama. Karena patuh kepada Nabi termasuk ketaatan kepada Allah; dan patuh kepada pemimpin adalah termasuk taat kepada Nabi. Rasul ﷺ bersabda, “Barang siapa yang taat kepada diriku, maka dia telah taat kepada Allah. Siapa pun yang patuh kepada pemimpinku, maka telah patuh kepada diriku. Barang siapa berbuat durhaka kepadaku, maka telah durhaka kepada Allah; dan barang siapa berbuat durhaka pada pemimpin, maka telah berbuat durhaka kepada diriku.”
• Wajibnya merujuk kepada Allah dan Hadits dalam perdebatan perihal akidah, ibadah dan peradilan.
• Terciptanya hasil yang terpuji dan keadaan yang baik lagi bahagia bagi umat Islam yang telah merujuk kepada Al Quran dan Hadits dalam perdebatan mereka.
Mari kita kembalikan fungsi masjid sebagai Rahmat bagi orang-orang yang berilmu :
https://www.produkrakyat.org/donasi-jammas/
0 Comments