#KepemimpinanAsmaulHusna
#MerdekaRuh
#MerdekaPikir
#MerdekaIlmu
#AkhlaqAllah
#AkhlaqRasul
#AkhlaqOrangBeriman
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, Merdeka !
Quran Surat Al-Ahzab Ayat 21
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Arab-Latin: Laqad kāna lakum fī rasụlillāhi uswatun ḥasanatul limang kāna yarjullāha wal-yaumal-ākhira wa żakarallāha kaṡīrā
Terjemah Arti: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Bangsa ini mengalami krisis kepemimpinan yang sangat kronis. Negeri ini seolah-olah berada di ujung tanduk. Penduduknya mendambakan pemimpin yang adil dan bijaksana. Tak heran jika mereka mendambakan datangnya sosok Ratu Adil, seorang Messager / Nabi Baru / Pemimpin Baru yang dapat membebaskan mereka dari keterpurukan.
Krisis kepemimpinan pada akhirnya menjerat negeri ini ke dalam krisis multi dimensional. Rakyat kecil bertanya-tanya, kenapa semua ini bisa terjadi, mengapa negeri yang katanya gemah ripah loh jiinawi ini mengalami bencana yang berkepanjangan. Apa yang menjadi sebabnya, Apa salah kami, Tidak adakah jalan keluarnya ?
Semua orang sudah tau jawabannya, mayoritas rakyat negeri ini dengan mudah menudingkan jari telunjuknya tanpa harus melalui uji analisa yang njlimet, mereka tau bahwa biang semua ini adalah banyaknya para pemimpin yang belum menjalankan fungsi kepemimpinannya seperti yang disyari’atkan dalam agama. Para pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya tanpa jiwa kepemimpinan. Negeri ini akan sangaat tergntung kepada mereka, karena di tangan mereka kebijakan mulai dari tingkat desa sampai tingkat nasional diselenggarakan.
Ada dua pendekatan ekstrim tentang kepemimpinan. Pendekatan pertama memandang kepemimpinan identik dengan kekuasaan. Menjadi pemimpin adalah menjadi penguasa. Paradiqma ini menyeret manusia untuk menghalalkan segala cara untuk memperoleh kedudukan. Tidak bisa menggunakan cara yang baik-baik, cara yang tidak etis pun dikerjakan.
Pendekatan kedua memandang kepemimpinan dari sisi kemanusiaan. Paradiqma ini beranggapan bahwa menjadi pemimpin adalah menjadi pelayan masyarakat yang dipimpinnya. Pemimpin ini selalu berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi khalayak yang dipimpinnya. Demi rakyat / umat ia rela berkorban, baik waktu, tenaga maupun harta benda.
Pemimpin sejati adalah pemimpin yang dapat menjadi suri tauladan bagi rakyat yang dipimpinnya. Dan tanda-tanda kepemimpinan yang demikian terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW. Itulah gambaran deal seorang pemimpin yang didambakan oleh rakyat negeri ini. Pertanyaannya sekarang adalah apa yang harus kita lakukan untuk menuju ke sana ?
Muhammad adalah hamba Allah yang Maksum, seorang manusia ynag ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Di dalam dirinya terdapat pelajaran bagi umatnya dalam melakukan kepemimpinan ( kekhilafahan ) di muka bumi ini. Bukankan setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya ?
Muhammad melakukan kepemimpinannya dengan sendi-sendi Akhlaqul Karimah. Imam Al Ghazali berkata : “Berakhlaqlah seperti akhlaq rasulullah”
Aisyah r.a. ketika ditanya para sahabat, bagaimanakah akhlaq Rasulullah ? Aisyah menjawab : “Akhlaq Nabi adalah Al Qqur’an”. Ini artinya siapa saja yang ingin mencontoh Nabi harus menjadikan Al Qur’an sebagai penuntun pedoman dan pegangan didalam hidupnya. Mengapa ? Karena di dalam Al Qur’an terdapat Nama-nama Allah ( Asmaul Husna ) yang sarat dengan ilmu kepemimpinan. Boleh dikatakan sumber kepemimpinan adlah Asma’ul Husna. Meneladani kepemimpinan Nabi melalui Asma’ul Husnamenurut sejumlah pakar, khususnya pakar tasawuf dapat diraih secara bertahap. Pertama, Ketaqwaan. Kedua, membebaskan diri dari perbudakan dan hawa nafsu. Dan ketiga, menyucikan jiwa dengan jalan berakhlaq dengan akhlaq Allah.
Quran Surat Al-A’raf Ayat 180
وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Arab-Latin: Wa lillāhil-asmā`ul-ḥusnā fad’ụhu bihā wa żarullażīna yul-ḥidụna fī asmā`ih, sayujzauna mā kānụ ya’malụn
Terjemah Arti: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Mari tinggalkan karakter kita yang ucapan dan perbuatan kita tidak mencerminkan akhlaq Allah. Allah Maha Pengasih Dan Maha Penyayang, Mengapa kita masih kikir dan saling bermusuhan, Allah Maha Kaya Dan Maha Mengkayakan, Mengapa Jiwa kita selalu miskin dan enggan berbagi dengan sesama, Allah Maha Mengumpulkan, Mengapa kita lebih suka menyendiri dan egois, Allah Maha Pembaharu, mengapa kita selalu jadul dan tidak mau terbuka dan belajar melihat perkembangan zaman, danseterusnya danseterusnya.
Mudah-mudahan uraian yang sederhana ini dapat menambah pencerahan hati dan pemikiran kita semua.
Walhamdulillahirabbil’alamiin, Merdeka !
Ditulis Oleh : SGM
Pesan :
“Yuk membagun masjid, tempat yg paling mulia dan paling dicintai Allah dipermukaan bumi ini ! Mari membangun Masjid, sebagaimana Rasulullah membangun Masjid di Madinah, manjadikan Masjid sebagai Pusat Peradaban Manusia Sejagad”
0 Comments