LARANGAN LARI DARI MEDAN PERANG
Larangan lari dari medan perang, diterangkan dengan jelas di dalam Al Qur’am Surat At-Taubah ( 9 ) ayat 25 yang berbunyi sebagai berikut :
Surat At-Taubah Ayat 25
لَقَدْ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ فِى مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْـًٔا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ ٱلْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ
Arab-Latin: Laqad naṣarakumullāhu fī mawāṭina kaṡīratiw wa yauma ḥunainin iż a’jabatkum kaṡratukum fa lam tugni ‘angkum syai`aw wa ḍāqat ‘alaikumul-arḍu bimā raḥubat ṡumma wallaitum mudbirīn
Artinya: Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
Penjelasan :
Sengguhnya Allah telah menurunkan pertolonganNya kepada kalian dalam peperangan yang banyak, tatkala kalian menempuh usaha-usaha dan bertawakal kepada Allah. Dan pada hari perang Hunain kalian berkata, “hari ini kita tidak akan kalah karena jumlah pasukan yang sedikit.” Maka memperdayai kalian Jumlah pasukan yang banyak dan tidak mendatangkan manfaat bagi kalian, dan musuh-musuh berhasil memukul kalian, sehingga kalian tidak menemukan tempat berlindung di muka bumi yang luas ini. Kalian berlari-lari terpukul mundur.
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ فِى مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ
(Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain) Yakni dan Allah telah menolong kalian di perang Hunain.
إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ
(yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu))
Adapun sebelum perang Hunain, jumlah kaum muslimin cukup sedikit, sehingga jumlah mereka tidak menjadikan mereka angkuh.
Hunain adalah nama sebuah lembah yang berada diantara kota Makkah dan Thaif. Di sana Rasulullah bersama kaum muslimin bertemu dengan pasukan orang-orang kafir dari Hawazin dan Thaif. Jumlah kaum muslimin ketika itu adalah 12.000 pasukan, sebagian dari mereka berkata: “kita tidak akan terkalahkan karena jumlah yang sedikit”. Namun mereka kemudian mengalami kekalahan, katika itu Rasulullah tetap teguh dalam peperangan bersama sedikit pasukan kaum muslimin, diantaranya Abu Bakar, Umar bin Khattab, paman beliau Abbas, dan Abu Sufyan bin Harist. Setelah itu pasukan muslimin kembali masuk ke medan perang sehingga mereka dapat meraih kemenangan dan kejayaan.
وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ
(dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu)
Maksudnya bahwa meskipun bumi merupakan tempat yang luas namun menjadi sempit bagi mereka karena ketakutan dan kekhawatiran.
ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ
(kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai)
Yakni kalian kalah dan melarikan diri kebelakang menjauhi musuh.
Apakah Hunain Itu ?
Hunain adalah nama sebuah lembah yang berada di antara Mekah dan Tha’if. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menaklukkan Mekah, Beliau mendengar bahwa kabilah Hawazin sedang berkumpul untuk memerangi Beliau, maka Beliau berangkat bersama para sahabat yang ikut menaklukkan Mekah serta bersama beberapa orang yang baru masuk Islam, sehingga jumlah mereka 12.000 orang (10.000 dari kaum muslimin yang berangkat dari Madinah untuk Fat-hu Makkah dan 2000 orang penduduk Makkah yang masih baru masuk Islam), sedangkan musuh berjumlah 4.000 orang. Lalu sebagian kaum muslimin merasa bangga dengan jumlah mereka sampai-sampai mereka berkata, “Pada hari ini kita tidak akan dikalahkan karena jumlah yang sedikit”. Pada hari Sabtu 6 Syawwal tahun 8 Hijriah, Beliau bersama pasukannya berangkat menuju ke tempat musuh. Orang-orang Hawazin dan Tsaqif telah memilih tempat yang strategis, yaitu tanah pegunungan yang berbukit-bukit dan berliku-liku. Mereka bersembunyi di balik bukit-bukit menunggu tentara kaum muslimin lewat di jalan sempit bawahnya. Ketika kaum muslimin tiba di tempat tersebut yang bernama lembah Hunain, datanglah serbuan yang mendadak dari musuh. Tentara kaum muslimin menjadi panik dan lari bercerai berai. Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap berada di atas bagalnya yang putih, dan tidak ada yang bersamanya selain urang lebih 100 orang yang tetap di tempatnya melawan kaum musyrik. Sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri mengarahkan bagalnya kepada kaum musyrik sambil berkata, “Saya Nabi tidak berdusta! Saya putera Abdul Muththalib.” Namun Abu Sufyan dan Abbas menahan bagal Beliau agar tidak segera maju. Kemudian Beliau berusaha menghimpun kembali pasukan kaum muslimin yang kacau balau itu. Beliau memerintahkan Abbas bin Abdul Muththalib seorang yang keras suaranya untuk menyeru kaum muslim. Beliau bersabda, “Wahai Abbas! Panggil orang-orang yang berbai’at di bawah pohon (Bai’atur ridhwan),” Lalu Abbas berkata dengan suara keras, “Di mana orang-orang yang berbai’at di bawah pohon (Bai’atur ridhwan)?”, maka ketika kaum muslimin mendengar suaranya, mereka pun berbalik seperti berbaliknya sapi mendatangi anak-anaknya, serangan pembalasan kemudian dilancarkan sampai musuh dapat dikalahkan. Sisa pasukan musuh yang kalah, melarikan diri ke Tha’if. Dalam benteng Tha’if inilah musuh mempertahankan diri. Beberapa waktu lamanya musuh mempertahankan diri, namun tidak berhasil juga ditundukkan. Akhirnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang ke Ja’ranah, tempat tawanan dan rampasan-rampasan, meninggalkan benteng itu, tetapi sudah memblokir daerah sekitarnya. Di Ja’ranah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi oleh delegasi (utusan) Hawazin. Mereka menyatakan tobat kepada Allah dan masuk Islam. Hawazin meminta kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar harta benda dan kaum keluarga mereka yang ditawan dibebaskan dan dikembalikan kepada mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin tidak keberatan memenuhi permintaan mereka; semua tawanan dan rampasan dari mereka pun dikembalikan seluruhnya. Sedangkan penduduk Tha’if, karena tidak tahan menderita akibat pemblokiran kaum muslimin akhirnya mereka mengirimkan delegasi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan keinginan mereka memeluk Islam. Dengan demikian berakhirlah peperangan dengan kabilah Tsaqif itu.
0 Comments